Pada
bagian sebelumnya kita telah melihat titik perbedaan dalam menerima fakta penyaliban
Yesus. Ada yang menerima fakta demikian, namun berbeda dalam menafsirkan makna
kematian Yesus di kayu salib, yakni sebagai batu sandungan bagi orang Yahudi,
kebodohan bagi orang Yunani-Romawi, ataupun hikmat kekuatan Allah bagi orang
Kristiani. Sementara `injil’ Barnabas dan Quran yang menjadi sumber referensi
untuk film The Messiah mengklaim bahwa bukan Yesus-lah yang
disalibkan, melainkan orang lain, yakni Yudas Iskariot. Mungkin saat ini
kesimpulan masih kembali kepda keimanan Anda masing-masing, seperti halnya
kontroversi siapakah yang sebenarnya akan dikorbankan oleh Abraham / Ibrahim:
Ishak atau Ismail?
Tetapi
syukurlah berkaitan dengan peristiwa penyaliban Yesus ini, ternyata ada
sumber-sumber sejarah tertulis yang berasal dari “pihak ketiga” yang netral,
bukan dari Kristen ataupun muslim, melainkan dari dunia sekuler dan tulisan
orang Yahudi yang bukan pemeluk agama Kristen. Pendapat pihak ketiga demikian
niscaya akan memberikan pencerahan bagi kita untuk melihat fakta manakah yang
sebenarnya terjadi dalam peristiwa penyaliban Yesus yang menimpulkan
kontroversi ini.
A.
FLAVIUS JOSEPHUS
Nama aslinya adalah Joseph bin Matthias, seorang dari sejarawan Yahudi yang
berasal dari keluarga imam, lahir pada tahun 37 M di Yerusalem dan meninggal
tahun 100 M di Roma. Di tahun 93 M ia menulis buku Antiquitates Judaicae atau
Jewish Antiquities yang terdiri dari 20 buku yang melukiskan sejarah Yahudi
dari penciptaan hingga pecahnya pemberontakan tahun 66 – 70 M dan kehancuran
kota Yerusalem. Dalam buku ke-18 dari Antt. (18,55-89) dia melukiskan situasi
Palestina ketika Pilatus menjadi prefect Romawi di sana. Dalam bagian ini ada
yang disebut dengan Testimonium Flavianum yakni kesaksian Flavius Josephus
tentang Yesus, yakni pada Antt. 18,63-64. Teks selengkapnya sebagai berikut4:
Pada
masa inilah muncul Yesus, seorang yang bijaksana, kalau boleh dia disebut
manusia. Karena dia adalah seorang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang
menakjubkan dan seorang guru bagi mereka yang menerima kebenaran yang menyenangkan,
dan dia telah memikat banyak orang Yahudi dan orang Yunani. Dia ini adalah
Kristus. Dan ketika Pilatus, atas desakan orang-orang penting di antara kita,
telah menghukumnya di kayu salib, mereka yang sejak semula mengasihinya tidak
berhenti [mengasihinya] karena pada hari ketiga dia telah menampakkan diri
kepada mereka dalam keadaan hidup kembali. Para nabi Allah telah menubuatkan
hal ini dan berbicara tentang aneka hal ajaib tentang dia. Dan klan Kristen,
demikian disebut menurut [nama]nya, masih bertahan sampai hari ini.
Sebagian
para ahli meragukan apakah tiga kalimat yang tercetak tegak-tebal itu
benar-benar dari Josephus sendiri ataukah hasil interpolasi penyalin Kristen.
Namun, tidak diragukan bahwa Josephus menyebutkan fakta bahwa Pilatus telah menghukum
Yesus di kayu salib (bercetak tebal-miring-merah).
B.
CORNELIUS TACITUS
Tacitus adalah seorang sejarawan Romawi yang lahir sekitar 52 – 54 M dan
meninggal sekitar 120 M. Pada tahun 112 / 113 M dia menjadi proconsul /
gubernur di Asia. Dia menulis buku Annals yang berisi sejarah kekaisaran Romawi
periode 14 M – 68 M. Dalam bukunya Annals volume XV, tentang Kaisar Nero yang
telah mengkambinghitamkan orang Kristen sebagai penyebab terbakarnya kota Roma,
ia menulis dalam Annals 15.44.2-3 sebagai berikut5:
… Nero
dari keaiban oleh karena dituduh telah sengaja menimbulkan kebakaran besar di
Roma. Jadi untuk menghentikan desas-desus itu dia mengalihkan tuduhan dengan
memfitnah dan menghukum dengan siksaan paling keji terhadap orang-orang yang
disebut Kristen, yang dibenci karena kejahatannya, Kristus, dari mana nama ini
berasal, yang menderita hukuman yang ekstrem (Dieksekusi) dalam pemerintahan
Tiberius, di tangan prokurator kita, Pontius Pilatus, dan sebuah
ketidakmasukakalan yang banyak mencelakakan, karena ketika dicek pada waktu
itu, meletus lagi tidak hanya di Yudea, sumber pertama kejahatan ini, tetapi
bahkan di Roma, dimana segala kengerian dan kebencian dari setiap bagian dunia
mendapatkan pusatnya dan menjadi popular.
Demikian
laporan Tacitus, sejarawan Romawi, yang menuturkan situasi pengikut Kristus di
kota Roma. Tentang Kristus, Tacitus menyebutkan bahwa dia telah menderita
hukuman yang ekstrem pada masa pemerintahan Pontius Pilatus. Tidak disebutkan
secara eksplisit cara eksekusinya, namun hukuman salib merupakan cara eksekusi
yang lazim pada masa itu bagi pelaku tindakan kriminal dan pemberontakan. Bdk.
dengan Paulus yang dipenggal kepalanya di Roma karena dia mempunyai
kewarganegaraan Romawi juga.
C.
LUCIANUS dari SAMOSATA
Lucianus adalah seorang filsuf dan sejarawan Yunani yang lahir di Samosata pada
tahun 120 M dan meninggal sekitar 180 M di Athena. Dalam salah satu bukunya (De
Morte Peregrini – Kematian Peregrinus 11) dia menulis tentang Peregrinus yang
telah menjadi Kristen dan yang memiliki pemeluk di Palestina “yang masih
menyembah orang yang telah disalibkan di Palestina.”6
D. MARA
BAR SARAPION
Dia adalah seorang filsuf Stoa dari Syria yang menulis surat untuk anaknya
Sarapion yang tengah berada dalam penjara Romawi. Dia menasihati anaknya bahwa
kebijaksanaan mungkin akan dimusuhi oleh dunia yang penuh dengan kekerasan,
namun kebijaksanan itu sendiri abadi. Dia mengilustrasikannya dengan
menggambarkan kehidupan Socarates, Phytagoras, dan Yesus – kendati dia tidak
menyebut nama-Nya secara eksplisit. Demikian teks selengkapnya7:
Apakah
baiknya orang-orang Athena membunuh Socrates, karena perbuatan mereka dibalas
dengan kelaparan dan wabah? Apakah faedahnya orang-orang Samian membakar
Phytagoras, karena akhirnya negeri mereka seluruhnya terkubur di bawah pasir
pada saat itu? Dan apakah manfaatnya orang-orang Yahudi membunuh raja mereka
yang bijaksana, karena kerajaan mereka akhirnya direbut dari mereka dari saat
itu?
Tuhan
dengan adil telah membalaskan ketiga orang bijaksana ini. Orang-orang Athena
mati oleh kelaparan, orang-orang Samian ditenggelamkan ke laut, dan orang-orang
Yahudi disembelih dan dihalau dari kerajaannya, sehingga mereka hidup terpencar
dimana-mana.
Socrates
tidak mati, berterimakasihlah pada Plato; demikian pula Phytagoras, karena
patung Hera. Demikian juga sang raja bijasana tidak [mati], karena hukum baru
yang ia berikan.
Mara
Bar Serapion yang menulis surat paling awal setelah kehancuran Yerusalem dan
kemudian orang-orang Yahudi terpencar (terdiaspora) ke pelbagai tempat, melihat
Yesus sebagai seorang raja yang bijaksana. Kemungkinan besar dia mengetahui
bahwa saat Yesus disalibkan Pilatus menuliskan keterangan di salib-Nya “Yesus,
orang Nazaret, Raja orang Yahudi” (INRI), yang tertulis dalam bahasa Ibrani,
Latin, dan Yunani (Yoh 19:19-20). Demikian pula dia mengenal hukum baru yang
dibawa Yesus, bukanlah hukum Taurat, melainkan hukum kasih yang mungkin
diketahuinya dari para pengikut Kristus. Tetapi Mara sendiri adalah seorang
filsuf kafir.
Demikianlah
data-data sejarah dari “pihak ketiga”, baik Yahudi maupun terlebih penulis
sekuler mengakui fakta bahwa yang disalibkan itu adalah Yesus yang kemudian
lebih dikenal sebagai Kristus. Kesaksian mereka ini meneguhkan kesaksian Injil
kanonik bahwa Yesus dari Nazaret benar-benar telah disalibkan pada zaman
Pontius Pilatus.
Kesimpulan
Dari
pelbagai paparan dan uraian dalam tulisan ini, kiranya sekarang kita bisa
menyimpulkan jawaban atas poin kontrovesial yang dihembuskan oleh film The
Messiah: Apakah Yesus dari Nazaret itu sungguh disalibkan dan mati? Pada bagian
pertama kita telah melihat bahwa pihak Yahudi, Yunani, dan Kristiani menerima
fakta penyaliban Yesus. Mereka berbeda pandangan dalam memaknai kematian Yesus
di kayu salib. Sementara pada bagian kedua, kita juga telah melihat dan menguji
sejauh mana kisah Penyaliban Yesus yang digantikan oleh Yudas Iskariot dapat
dipercaya kebenarannya, bahkan malahan terjadi perbedaan pendapat di antara
kaum muslim sendiri tentang siapakah yang menggantikan Yesus untuk disalibkan.
Dan pada bagian terakhir kita telah melihat pelbagai kesaksian sejarah dari
“pihak ketiga” yang mengafirmasi fakta atas penyaliban Yesus. Dengan demikian
kesimpulan atas pertanyaan awal tulisan ini bisa kita tarik sendiri.
Mungkin
di antara para pembaca masih ada yang berargumen bukankah semua saksi mata baik
yang hadir pada saat penyaliban itu maupun “pihak ketiga” yang melaporkan dari
jauh, tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mereka melihat bahwa yang
disalibkan itu Yesus, tetapi sebenarnya dia adalah orang lain yang diserupakan
wajahnya. Maka, pernyataan Injil, saksi mata, dan “pihak ketiga” pun tidak
berarti karena mereka tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Terhadap
argumen demikian, saya hanya bisa mengatakan: mengapa `ralat’ peristiwa
penyaliban Yesus itu terjadi 600 tahun kemudian setelah peristiwanya berlalu?
Mengapa `Allah’ sengaja mengelabui mata semua orang sehingga saksi mata dan
Bunda Maria serta rasul Yesus pun tidak diberitahu? Dan bagaimana menjelaskan
kontradiksi pernyataan Surah An Nissa’ 4:157-158 itu dengan pernyataan Quran
sendiri dalam Surah Al Imran 3:55 dan Surah Maryam 19:33? Apakah dengan
demikian `Allah’ sengaja berbohong dan menipu, seperti dinyatakan dalam Surah
Al Imran 3: 54 sendiri? “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah
membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (QS.
3:54) Walahualam. Agaknya untuk menghindari kesan bahwa Allah itu menipu, maka
ada yang menafsirkan pernyataan QS 4:157-158 (tentang seseorang yang
diserupakan dengan wajah Yesus dan yang kemudian disalibkan) ini semuanya tak
lain hanyalah legenda. Mari kita simak komentar Muhammad Assad tentang Q 4:157
ini8:
Thus,
the Qur’an categorically denies the story of the crucifixion of Jesus. There
exist, among Muslims, many fanciful legends telling us that at the last moment
God substituted for Jesus a person closely resembling him (according to some
accounts, that person was Judas), who was subsequently crucified in his place.
However, none of these legends finds the slightest support in the Qur’an or in
authentic Traditions, and the stories produced in this connection by the
classical commentators must be summarily rejected. They represent no more than
confused attempts at “harmonizing” the Qur’anic statement that Jesus was not
crucified with the graphic description, in the Gospels, of his crucifixion. The
story of the crucifixion as such has been succinctly explained in the Qur’anic
phrase wa-lakin shubbiha lahum, which I render as “but it only appeared to them
as if it had been so” – implying that in the course of time, long after the
time of Jesus, a legend had somehow grown up (possibly under the then-powerful
influence of Mithraistic beliefs) to the effect that he had died on the cross in
order to atone for the “original sin” with which mankind is allegedly burdened;
and this legend became so firmly established among the latter-day followers of
Jesus that even his enemies, the Jews, began to believe it – albeit in a
derogatory sense (for crucifixion was, in those times, a heinous form of
death-penalty reserved for the lowest of criminals). This, to my mind, is the
only satisfactory explanation of the phrase wa-lakin shubbiha lahum, the more
so as the expression shubbiha li is idiomatically synonymous with khuyyila 1i,
“[a thing] became a fancied image to me”, i.e., “in my mind” – in other words,
“[it] seemed to me” (see Qamus, art. khayala, as well as Lane II, 833, and IV,
1500).
Bila
peristiwa penyaliban Yesus dianggap sebagai legenda saja, jelas hal ini
bertentangan dengan data-data sejarah. Bahkan Injil Markus sudah ditulis
sebelum kehancuran kota Yerusalem pada tahun 70 M. Di sini tampaklah bagaimana
sebenarnya di antara para ulama muslim sendiri berselisih pendapat tentang
penyaliban Yesus. Sementara pihak Yahudi, Yunani, Kristiani (dan didukung oleh
data-data sejarah) tanpa kesulitan mengakui fakta penyaliban Yesus, yang tidak
lain adalah saat puncak Tuhan menyelamatkan dan menebus manusia. Maka
berbahagialah kita yang terbuka hati mau menyambut rahmat kasih karunia dari
Allah ini. Inilah cara yang Tuhan gunakan untuk menebus dosa dunia dan
mendamaikan kita dengan diri-Nya. Maka menutup paparan ini, mari kita resapkan
surat St. Paulus kepada umat di Kolose 1:19-23:
“Karena
seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dia-lah Ia
memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun
yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati
dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang
diperdamaikan- Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk
menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sebab
itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan
jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang
telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus,
telah menjadi pelayannya.”
Selamat Paskah! Convitto San Tommaso, Minggu Palma 2010
Referensi
Brown, Raymond. The Death of Messiah (New York: Double Day, 1994).
Danker, F.W. – W. Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature (Chicago: Univercity of Chicago, 2000).
Jeremias, J. “ amnoj, arvhn, arnion”, Theological Dictionary of The New Testament. Vol I. Trans. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids,MI: Eerdmans, 1968).
McDowell, Josh. Apologetika, Jilid I (Malang: Gandum Mas, 2002).
Noorsena, Bambang. Injil Barnabas: Asal-Usul, Historitas, dan Isinya (Yogyakarta: Andi, 1990).
Nestle-Aland, Novum Testamentum Graecae, edisi 27 (Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1998).
Theissen, Gerd dan Annete Merz. The Historical Jesus. A Comprehensive Guide (terj. John Bowden). (London: SCM Press, 1998).
Brown, Raymond. The Death of Messiah (New York: Double Day, 1994).
Danker, F.W. – W. Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature (Chicago: Univercity of Chicago, 2000).
Jeremias, J. “ amnoj, arvhn, arnion”, Theological Dictionary of The New Testament. Vol I. Trans. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids,MI: Eerdmans, 1968).
McDowell, Josh. Apologetika, Jilid I (Malang: Gandum Mas, 2002).
Noorsena, Bambang. Injil Barnabas: Asal-Usul, Historitas, dan Isinya (Yogyakarta: Andi, 1990).
Nestle-Aland, Novum Testamentum Graecae, edisi 27 (Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1998).
Theissen, Gerd dan Annete Merz. The Historical Jesus. A Comprehensive Guide (terj. John Bowden). (London: SCM Press, 1998).
Aneka
Artikel Pendukung dari Internet:
Situs Resmi Komunitas Islam Ahmadiyah di http://www.alislam. org/indonesia/ ahmadiyyat.html.
Komentar Quran oleh Muhammad Asad dalam http://www.geocitie s.com/ masad02/004
“Kebohongan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al-Masih Mau’ud” dalamhttp://www.geocitie s.com/kebohongan /almasih. html
Vivaldi, “Tanggapan Atas Kritik Terhadap Penyaliban Yesus” dalamhttp://www.sarapanp agi.org/tanggapa n-atas-kritik- terhadap- penyaliban- yesus-1-vt615. html atau http://www.indonesi a.faithfreedom. org/forum/ viewtopic. php?t=26091.
Tentang film the Messiah, Yesus Tidak Pernah Disalibkan: http://www.indonewyork.com/contents /Berita/Utama/ jesus-versi- iran.html
Situs Resmi Komunitas Islam Ahmadiyah di http://www.alislam. org/indonesia/ ahmadiyyat.html.
Komentar Quran oleh Muhammad Asad dalam http://www.geocitie s.com/ masad02/004
“Kebohongan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al-Masih Mau’ud” dalamhttp://www.geocitie s.com/kebohongan /almasih. html
Vivaldi, “Tanggapan Atas Kritik Terhadap Penyaliban Yesus” dalamhttp://www.sarapanp agi.org/tanggapa n-atas-kritik- terhadap- penyaliban- yesus-1-vt615. html atau http://www.indonesi a.faithfreedom. org/forum/ viewtopic. php?t=26091.
Tentang film the Messiah, Yesus Tidak Pernah Disalibkan: http://www.indonewyork.com/contents /Berita/Utama/ jesus-versi- iran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar